• Sabtu, 23 September 2023

Kisah tersembunyi Candi Penataran, tempat suci dan sakral yang dijaga ular naga bersisik emas hijau

- Minggu, 6 November 2022 | 15:17 WIB
kisah tersembunyi Candi Penataran yang konon dijaga ular naga bersisik emas hijau (instagram / @candipalahpenataran)
kisah tersembunyi Candi Penataran yang konon dijaga ular naga bersisik emas hijau (instagram / @candipalahpenataran)

AGTVnews.com - Candi Pentaran merupakan candi paling besar dan paling megah di Jawa Timur.

Tidak hanya itu, Candi Penataran juga merupakan candi yang terluas.

Candi Penataran yang terletak di Blitar Jawa Timur ini, konon dibangun oleh 3 kerajaan besar di tanah air, yakni kerajaan Kediri, Singasari dan Majapahit.

Beberapa raja yang tercatat memberikan andil dalam perluasan Candi Penataran ini diantaranya Jayanegara, Tribuana Tungga Dewi, Hayam Wuruk, dan Suhita.

Baca Juga: Daftar tingkah aneh kucing yang bikin geleng-geleng kepala, salah satunya alasan kucing menggigit tangan kita

Candi Penataran dibangun sejak 1192-1194 Masehi, dengan pembangunan yang bertahap.

Menurut sejarah, bangunan candi Penataran ini di bangun untuk menghalau bencana alam yang terjadi di tanah Jawa akibat letusan gunung berapi Kelud.

Pada masa itu Gunung Kelud pernah meletus hebat dengan abu vulkanik yang menutupi daerah Jawa.

Letusan gunung Kelud ini membuat para raja kebingungan dan mencari solusi terhadap masalah yang sedang di hadapi.

Baca Juga: Nasi Goreng Pliket Pak Dakir kuliner legendaris Jogja dengan citarasa menggoda, ini rahasia yang bikin enak

Kemudian dibangunlah candi Penataran ini sebagai bangunan suci utnuk berdoa dan mendekatkan diri kepada para dewa.

Selain sebagai bangunan suci, Candi ini juga sebagai tempat untuk menyimpan abu para raja di Jawa Timur, termasuk Ken Arok, pendiri kerajaan Singasari.

Di pintu masuk, ada dua arca raksasa yang akan menyambut pengunjung, arca ini diberi nama arca Gada.

Perwujudan arca ini sebagai laki-laki bertubuh besar dan kekar yang membawa pentungan di tangannya. Kedua arca ini sebagai penolak bala atau mara bahaya.

Halaman:

Editor: Muji Lestari

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X