AGTVnews.com - Ada pemandangan unik jelang duel sengit di penyisihan grup E Piala Dunia Qatar 2022 antara Timnas Jerman melawan Timnas Jepang.
Sebelum kick off babak pertama Jerman Vs Jepang dimulai Timnas Jerman melakukan aksi yang cukup mengundang sorotan.
Dimana Thomas Muller dan kawan-kawan kompak melakukan pose tutup mulut dalam sesi berfoto jelang pertandingan Jerman Vs Jepang tersebut.
Usut punya usut, pose tutup mulut yang dilakukan para pemain Jerman jelang hadapi Jepang ternyata memiliki maksud tersendiri.
Dikabarkan Timnas Jerman tengah melakukan aksi protes terhadap pelarangan memakai ban Kapten pelangi yang mempresentasikan komunitas lgbt di piala dunia 2022.
Timnas Jerman sendiri melalui Sang Kapten Manuel Neuer sebelumnya sempat bersikeras ingin memakai ban Kapten pelangi di Piala Dunia 2022.
Namun hal itu urung dilakukan karena FIFA telah mengancam dengan hadiah kartu kuning dari wasit bagi siapapun yang menggunakan lambang lgbt.
Bahkan sebelum pertandingan melawan Jepang ban kapten Nuer sempat diperiksa untuk memastikan tidak ada lambang pelangi yang dikenakan.
Sebagai informasi bahwa kampanye One Love sendiri bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat agar masyarakat menerima bahwa lgbt bukanlah hal yang menyimpang dalam dunia sepak bola.
Ban Kapten One Love bertujuan untuk mempromosikan inklusivitas dan menentang adanya diskriminasi terhadap lgbt.
Sementara itu di DFB selaku federasi sepak bola Jerman telah memberikan klarifikasi terkait aksi pemain mereka yang berpose tutup mulut.
Menurut mereka hal ini adalah bentuk protes terhadap pembungkaman di Piala Dunia 2022.
Artikel Terkait
Bikin kagum, suporter Jepang punguti sampah di stadion Piala Dunia 2022 Qatar usai Opening Ceremony
Ini alasan FIFA memilih Jungkook BTS tampil di upacara pembukaan Piala Dunia Qatar 2022
Ghani Al Muftah sosok difabel brand ambasador Piala Dunia 2022, ternyata pemilik perusahaan Gharissa Ice Cream
6 cara Qatar kenalkan Islam lewat Piala Dunia 2022, dampaknya luar biasa hingga ratusan orang mualaf ?
5 pemain Piala Dunia yang usianya diatas 40 tahun, dipandang sebelah mata namun tak bisa diremehkan