Kisah tragis yang terjadi di Ngawi, Gubernur Jawa Timur jadi korbannya: Monumen Seorjo bukti kekejaman PKI

- Jumat, 30 September 2022 | 08:07 WIB
Monumen Soerjo Ngawi jadi saksi kekejaman PKI saat pemberontokan di Madiun. Mantan Gubernur Jawa Timur Soerjo dan ajudannya jadi korban. (Instagram/@herye_attaki)
Monumen Soerjo Ngawi jadi saksi kekejaman PKI saat pemberontokan di Madiun. Mantan Gubernur Jawa Timur Soerjo dan ajudannya jadi korban. (Instagram/@herye_attaki)

AGTVnews.com - Partai Komunis Indonesia (PKI) telah menorehkan kekejamannya di sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia. Termasuk di Ngawi Jawa Timur.

Kabupaten Ngawi menjadi salah satu saksi atas kejahatan dan kekejaman yang telah dilakukan oleh PKI.

Pada September 1948, FDR PKI pimpinan Amir Syarifuddin dan Musso melakukan penghianatan terhadap rakyat Indonesia yang saat itu dibawah pimpinan Soekarno-Hatta.

Berbagai propaganda terus dilakukan hingga membangun negara Republik Indonesia Soviet.

Baca Juga: Olahraga saja gak cukup, ini 5 cara ampuh mengecilkan perut buncit

Awalnya gerakan ini terfokus pada daerah Solo dan Madiun. Namun gerakan ini dapat dipukul mundur oleh Tentara Negara Indonesia (TNI).

Meski telah dipukul mundur higga ke pelosok pulau Jawa, pada bulan November 1948 FDR PKI semakin membabi buta.

Mereka membunuh para ulama dan santri serta orang-orang yang dianggap feodal dan menghalangi paham komunis.

Salah satu korban pembunuhan tersebut adalah mantan gubernur Jawa Timur Soerjo yang kala itu tengah menjabat menjadi petinggi negara dan tinggal di Jogjakarta.

Baca Juga: Menguak keindahan serta misteri Pantai Tiga Warna Malang, inilah surga dan pantangan yang menarik untuk diulas

Kisah tragis pembunuhan mantan gubernur ini dikisahkan dalam buku Madiun dari Republik ke Republik.

Setelah melakukan upacara peringatan Hari Pahlawan ke-3 pada tanggal 10 November 1948, Soerjo berangkat ke Madiun.

Beliau hanya berangkat bersama 2 ajudannya yaitu Mayor Soehardi, dan Letnan Soenanto selaku sopir.

Sebelum kepergian beliau, Moh. Hatta menasehati Soerjo untuk menunda kepulangannya karena saat itu situasi sedang dalam keadaan tidak aman.

Halaman:

Editor: Linda Kusuma Wardhani

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X